Bingung mencari tempat untuk menghabiskan weekend? Bagaimana kalau bernostalgia dengan Batavia di tahun 1700-an di daerah Kota Tua? Bukan di area museum Kota Tua, melainkan berjalan hingga menjumpai Kali Besar. Disana kita akan melihat kemegahan bangunan yang bertajuk Toko Merah. Bahkan hingga ratusan tahun setelah bangunan ini dibangun, Toko Merah masih dengan sombong memamerkan kecantikannya kepada setiap orang yang lewat.
Toko Merah dibangun tahun 1730 oleh seorang ooperkopman bernama Gustaaf Willem Baron van Imhoff yang kemudian menjadi gubernur jenderal untuk menjadi rumah tinggalnya. Bangunan ini menghadap muara Ciliwung yang pada waktu itu merupakan lalu lintas air yang ramai dilayari. Pada pertengahan abad ke-19, bangunan ini menjadi toko milik warga Cina Oey Liauw Kong untuk jangka waktu yang lama. Penyematan nama Toko Merah didasarkan pada pembuatan gedung dengan batu bata merah yang tidak diplester. Warna merah juga terlihat pada interior dan ukiran - ukiran. Sempat berganti pemilik beberapa kali, pada akhirnya Toko Merah berubah menjadi PT Dharma Niaga sebelum pindah ke tempat lainnya setelah tahun 1977.
Bangunan seluas 2.455 m2 ini terdiri dari tiga gedung yang menyatu. Total terdapat 16 buah kamar di lantai dasar, masing - masing 8 kamar di rumah selatan dan rumah utara. Di lantai 2, ada 4 kamar di bangunan belakang. Sedangkan di lantai 3 ada 5 buah kamar. Di area belakang, terdapat bangunan tambahan dengan sejumlah kamar. Anda juga dapat menjumpai tangga dengan gaya Baroque yang ternyata satu - satunya di Jakarta.
Untuk mengunjungi Toko Merah, anda hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 10ribu. Murah sekali bukan?