Sewa Apartemen, Rumah & Villa di Sidoarjo Dekat Pura Jala Siddhi Amertha | Travelio.com

MARI BERJELAJAH

Pura Jala Siddhi Amertha
Free
Jl Raya Juanda Sedati Agung, Sidoarjo, Sidoarjo, Sidoarjo
Tempat Ibadah , Tempat Bersejarah , Wisata Seni & Budaya
tentang Pura Jala Siddhi Amertha

Salah satu tujuan wisata yang biasanya diminati para wisatawan adalah wisata sejarah dan religi, terlebih apabila tempat wisata yang dituju merupakan tempat yang indah dan asri, itulah gambaran yang ditemui di Pura Jala Siddhi Amertha. Pura Jala Siddhi Amertha  berjarak kira-kira 2 kilometer dari Bandara Internasional Juanda  Sidoarjo  terlihat sangat besar dan indah. Seperti kebanyakan Pura, Pura ini pun memiliki ornament-ornament unik di sekitarnya, tak heran jika pura ini sering disewa untuk mengadakan acara, pesta atau resepsi pernikahan.

Ada apa di Pura Jala Siddhi Amertha

Toleransi beragama, inilah hal pertama yang akan Anda temui begitu akan memasuki area Pura ini. Bagaimana tidak, Anda akan menemui sebuah gereja yang tepat berada disamping Pura ini. Dengan papan petunjuk yang terpampang cukup besar di Jl. Juanda, memudahkan Anda untuk mengunjungi Pura ini. Saat Anda memasuki kawasan Pura ini, Anda akan disambut ramah oleh tetua disana.

Ritual wajib di Pura Jala Siddhi Amertha

Sebelum Anda memasuki area dalam Pura Jala Siddhi Amertha, untuk wisatawan atau umat yang ingin berdoa, diharuskan menggunakan selendang kuning terlebih dahulu, pemakaian selendang kuning juga bermakna sebuah penghormatan kepada Sang Hyang Widhi. Atau ada pendapat lain yang mengatakan sebagai tata cara menghormat kepada seseorang yang lebih tinggi kedudukannya (Raja). Setelah memakai selendang kuning, wisatawan atau umat yang akan berdoa terlebih dulu dipercikkan air suci ke kepalanya oleh pemangku atau pemimpin persembahyangan. Hal ini dimaksudkan agar umat atau wisatawan Pura bersih pikirannya dan fokus pada niatnya semula. Setelah selesai bersembahyang dan keluar Pura, umat Hindu juga dipercikkan air suci sebanyak tiga kali. Pertama air suci dipercikkan ke kepala yang berarti sepulang dari bersembahyang hendaknya hati dan pikiran umat menjadi suci. Kemudian air suci diminum yang berarti bahwa segala lisan atau ucapan umat hendaknya nanti menjadi suci dan yang terakhir air suci diusapkan ke muka yang berarti bahwa segala perbuatan atau tingkah laku umat di masyarakat kelak menjadi suci bersih.